Natalia Mahudin
Mendengar kata perempuan sudah pasti pikiran kita sejenak akan tertuju kepada seorang sosok yang memperjuangkan emanisipasi perempuan pada masanya yang tetap bernilai hingga saat ini tidak lain adalah Kartini. Kartini adalah seorang perempuan priyayi ningrat yang tumbuh dan hidup dalam kungkungan adat Jawa yang memiliki dorongan memperjuangkan kesetaraan perempuan pada saat itu.

Sosok kartini tidak hanya berkutat pada dunia pingitan, tetapi perempuan yang mampu memberikan nilai dan semangatnya melalui tulisannya. Kartini melawan kekuasaaan besar pada saat itu dengan pendidikan, membuka akses pengetahuan bagi perempuan-perempuan pri bumi dari kebodohan dan kemiskinan yang membelenggu kehidupan mereka.

Begitupun di era modernisasi saat ini akses merupakan jalan bagi pengembangan perempuan yang lebih kompleks, karena perempuan harus tetap berpacu secara produktifitas untuk menjadi sumber daya manusia (SDM) yang handal.

Kemajuan teknologi dan persaingan lainnya di era modernisasi merupakan harga mati yang harus dihadapi untuk tetap produktif bukan hanya untuk meningkatkan taraf hidup tetapi memberikan posisi tawar berpartisipasi dalam proses pembangunan saat ini di berbagai sisi kehidupan.

Fenomena modernisasi dengan kararteristik yang ditandai keluasan, kekuatan, kecepatan, kemajuan dan dampak yang tak dapat terbendung bagi perempuan yang merupakan bagian stakeholder pembangunan menjadi tantangan di masa kini dan yang akan datang. Hal inilah yang mendorong saya untuk menulis tulisan singkat ini, karna akses merupakan pintu masuk atau gerbang peningkatan kapasitas perempuan dalam era modernisasi khususnya di Maluku.

Akses merupakan salah satu indikator paling fundamental dalam pemberdayaan perempuan baik akses terhadap pendidikan, akses dalam ruang publik, politik, akses ekonomi dan lainnya. Pemberdayaan perempuan oleh pemerintah saat ini harus mampu memberikan investasi besar bagi perempuan khusunya perempuan Maluku sehingga bukan hanya ikut berpartisipasi aktif dalam proses perumusan dan pengawasan pembangunan masyarakat tetapi juga investasi untuk tetap mampu bersaing.

Jumlah penduduk Provinsi Maluku berdasarkan hasil Sensus tahun 2010 mencapai 1.533506 jiwa. Jumlah ini meningkat dari tahun ke tahun dengan hasil proyeksi penduduk dari tahun 2011 menjadi 1.570.657 jiwa tahun 2012 menjadi 1.599.505 jiwa, tahun 2013 menjadi 1.628.413 dan tahun 2014 menjadi 1.657.409 (Hasil Proyeksi Penduduk, Maluku dalam angka). Data statistik menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Maluku cenderung berkembangan dengan tingkat kesempatan kerja perempuan sebesar 87,31 persen ini menunjukan adanya potensi dari sumber daya perempuan bagi pembangunan Maluku kedepan jika secara produktif ditingkatkan dalam penyerapan tenaga kerja dengan soft skill yang mampu bersaing lebih unggul akan semakin membawa dampak baik dari kehadiran perempuan ditengah masyarakat.

Namun semua ini tidak lain akan menjadi wacana jika keterbatasan akses yang selama ini menjadi kendala bagi kita generasi muda Maluku untuk bersaing secara Nasional tetap dalam kungkungan ketertinggalan. Menurut saya keterbatasan akses dimulai dari lini terkecil seperti lembaga pendidikan, tempat dimana bukan hanya ilmu pengetahuan dan kapasitas kita yang biasah tetapi pengembangan lainnya melalui sarana yang menunjang untuk mendapat tambahan sumber-sumber pengetahuan dengan teknologi yang mempuni. Kapasitas pendidik di Sekolah maupun Universitas sebagai lembaga pendidikan juga perlu terhubung dengan kemajuan-kemajuan masa kini.

Lembaga pendidikan merupakan wadah strategis mempersiapkan perempuan sebagai sumber daya manusia yang handal dalam dunia pekerjaan maupun pastisipatif dalam ruang publik, untuk itu semakin banyak program-program peningkatan, program partisipatif dengan akses-akses yang terhubung atau lainnya akan semakin membuka cakrawala berpikir, network yang berdaya positif sebagai modal investasi, mengembangkan diri lebih unggul bagi perempuan. Tersedianya layanan internet, perpustakaan online, kemudahan penjelajahan jurnal-jurnal akurat dll merupakan contoh terkecil yang harus masih sangat ditingkatkan di lingkungan lembaga pendidikan. Pemberdayaan akses bagi perempuan juga harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap perempuan memperoleh kesempatan berusaha, karena sesungguhnya perempuan adalah economic driver.

Kesempatan usaha dan akses kepemilikan modal juga merupakan indikator perempuan menjadi produktif dalam dunia usaha yang dapat meningkatkan pendapatan daerah.

Rangkaian kegiatan produktif ekonomi yang sehat dan berkesinambungan akan mampu membawa perubahan bagi Maluku kedepan apalagi dalam menghadapi perdagangan bebas. Dari data Maluku dalam angka menunjukan pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin 2014 (Data, Maluku dalam Angka) terdapat lulusan perempuan Akademi/Diploma II dan III yang mencari kerja sebesar 1.146 dan Universitas/Diploma IV sebesar Rp.3.044, angka ini menunjukan bahwa perempuan sebagai sumber daya manusia mempunyai peluang dan potensi untuk diakomodir melalui sektor usaha ekonomi kreatif sehingga bukan hanya mengurangi jumlah penggangguran bagi perempuan lulusan Universitas/Diploma tetapi membuka lapangan usaha lebih luas lewat penyerapan tenaga kerja dua kali lipat dalam dunia usaha. Peningkatan akses modal, pelatihan-pelatihan, informasi pasar dan jaringan masih menghalangi wanita memasuki dunia usaha khususnya usaha mikro dan menengah yang menjamur disebagian daerah sehingga meingkatkan pertumbuhan ekonominya. Akses bagi perempuan meningkatkan usaha berbasis lokal merupakan langkah pemerintah menyiapkan sumber daya yang berdayaguna.

Faktor lain tidak kalah penting yaitu ruang partisipatif. Rendahnya partisipasi perempuan dalam memperoleh kesempatan untuk mengisi posisi-posisi tertentu atau sebagai pengambil keputusan dalam pemerintahan, legislatif dan organisasi-organisasi publik bertaraf nasional menunjukan minimnya akses yang ditempuh perempuan sebagai jalan mengembangkan kapasitas dirinya. Ruang partisipatif merupakan wadah pembentuk dan peningkatanan yang memumpuk daya saing perempuan Maluku dari berbagai segi. Perempuan yang membuka dirinya melalui peran aktif akan semakin mudah membuka jalan bagi dirinya sendiri bersaing dan menjadi sumber daya yang handal.

Menurut saya, modal utama kita sebagai generasi muda maluku khususnya perempuan dapat terhubung dengan perkembangan terkini dalam dunia pendidikan ekonomi, bisnis, politik dll adalah dengan terbuka akses dari aspek terkecilpun yang sering terabaikan. Keunggulan-keunggulan yang diperlukan dalam era kompetisi global saat ini menuntut generasi muda maluku khususnya perempuan mempersiapkan dirinya menjadi sumber daya manusia yang memiliki soft skill yang lebih kritis dan kreatif untuk bersaing dalam dunia kerja karena kedepannya maluku merupakan kawasan wilayah yang akan dilirik karena sumber daya alamnya.

Untuk mempersiapkan angkatan kerja dengan soft skill pemerintah perlu mengevaluasi sistem pelayanan pendidikan, ekonomi, dll. Mendorong kemudahan bagi perempuan untuk mengembangkan kapasitasnya dalam pelatihan yang berorientasi pasar serta terpenuhinya kebutuhan perempuan sebagai pelaku usaha dalam ekonomi kreatif dengan peningkatan network bussines yang meluas, peningkatan kapasitas perempuan melalui pemberdayaan di ruang publik juga mendukung kemandiriannya dalam pembangunan merupakan langkah-langkah kecil yang perlu dipersiapkan sejak dini.

Jika Kartini mampu membuka akses pendidikan bagi perempuan pribumi saat itu dari kebodohan, maka akses merupakan investasi mempersiapkan perempuan maluku menjadi sumber daya yang handal, kreatif dan kritis jauh dari ketertinggalan.

(Oleh: Natalia Mahudin)

***Penulis Adalah Alumni Universitas Pattimura Ambon Fakultas Ekonomi

0 Comments:

Posting Komentar

 
Radar Pos © 2015. All Rights Reserved.
Top